Sinarpapua.news,Bintuni – Media sosial itu ibarat sebuah lembaran kertas yang bebas untuk dicurahkan segala bentuk pemikiran dalam bentuk tulisan.
Sayangnya, kebebasan ini justru dipergunakan untuk menulis hoaks atau berita palsu, agar bisa disebar tanpa disaring kebenarannya terlebih dahulu.
Contoh dari hoaks yang begitu populer zaman sekarang adalah: Hoaks yang bermuatan politik.
Ambil saja unggahan-unggahan yang disebar oleh pihak oposisi di Teluk Bintuni. “dalang dari rusaknya demokrasi, menyebabkan ambruknya ekonomi”
Mereka mencoba menarasikan ini untuk mempengaruhi masyarakat secara luas di negeri ini. Namun, tanpa menyajikan fakta, bagaimana tulisan tersebut di atas bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya?
Adalah tugas kita, masyarakat yang waras, untuk menyandingkan tulisan yang didasari oleh fakta dan data dengan riset yang benar, untuk menangkal tulisan-tulisan hoaks seperti di atas.
Dengan aktif menulis, kita juga bertanggung jawab untuk mencerdaskan masyarakat yang berkubang dala, propaganda oposisi yang selalu memainkan berita hoaks untuk mengerdilkan pihak pemerintah daerah.
Perbanyak membaca dan membandingkan data untuk disajikan sebagai sebuah informasi yang dapat ditelusuri faktanya.
Membongkar kepalsuan narasi lawan hanya bisa dilakukan jika kita memberikan informasi tandingan dengan tulisan yang valid.
Contohnya: kemenangan PMK2 di Mahkamah Konstitusi adalah karena jawaban yang ditulis oleh kawan-kawan Advokat didukung oleh sebuah riset hukum dan fakta yang dilakukan oleh *Tim Riset* tersendiri dan disajikan sebagai pendukung dari Tim Advokat. Jawaban ini kemudian mampu mematahkan narasi dan kebohongan yang ditulis oleh lawan dalam gugatannya.
Dengan demikian, mari kita menulis fakta untuk membongkar hoaks dan mengendalikan opini liar yang berbasis HOAKS. (SL)